Seketika semburat
mempesona itu hadir dalam benak sang rigel
Memerona dalam rindu
kasih dan pelukan hangat rasi lainnya
Seperti sirius yang
tampak paling terang dari lainnya
Memandang sekeliling
dengan teduhnya, menyinari lainnya dalam terang yang paling terang
Aku memandang dalam
balut cinta yang menyekat
Yang menjadikan kasih
tertuai dalam kekuatan
Sekejap semesta simpati
pada aku yang merindu, menimbulkan kasih dengan romansa sendu
Dalam menyelamnya aku
diantara ribuan bintang, aku memandang sebuah duka yang tampak pada wajahmu
Dengan sigap, kubuat
ramuan penghapus dan penguat untuk jiwamu, itu kasih
Kurangkai kembali
simpul antara kau dan aku yang kian merenggang, dengan sayang yang
mempersaudarakan dirimu dan aku
Jika saja kau ucapkan
cinta disaksikan sirius dan vega
Mungkin aku terlena
tapi aku tak percaya, karena lisanmu hanya bertahan sementara
Karena jasadmu, kelak
akan terlepas dari sang nyawa
Begitu aku tak percaya
hingga aku mengadu pada bima sakti
Yang juga merindu akan
kasih dan sayang yang abadi
Dalam penantian aku
berkata pada venus
“jika kau pergi,
akankah aku bisa merasakan hadirmu?”
Tapi venus diam, tak
berbicara dan hanya menunduk malu pada rembulan yang tampak temaram
Seketika mentari hadir,
menyampaikan salam penuh cinta dari pancaran bahagianya
Dia memancarkan kasih,
dia berkata “aku tahu yang bisa mengasihimu selamanya”
Pandanglah sekeliling
semesta, lihatlah ada siapa dibalik sana
Pandanglah pantulanmu
dalam riak air dibawah sinar rembulan, lihatlah ada siapa dibalik sana, begitu
katanya
Aku tersenyum, bola
mataku membulat. Ada cinta yang tampak tumbuh dibalut kasih sayang
Bukan kasih dan sayang
yang maya, tetapi ia kekal dan abadi
Dari Dia yang kutahu ada
dibalik sana, yang tak terlihat, tak terjangkau, namun dalam setiap hembusan
nafas, aku bisa merasakannya.
Depok, Februari 2015
`Hilyah Nafisah