Tak habis kata untuk menorehkan rasa tentang keberadaan
Keberadaan dan keadaan di masa sekarang
Masa yang gila dengan kecintaan terhadap apa yang nantinya
akan menghilang
Adakah kau lupa? Atau kau pura-pura lupa?
Baik duduk disini pun disana
Setiap yang bernyawa sibuk dengan alat pintar dalam
genggamnya
Sementara alat canggih lainnya yang bahkan perkataan
langsung atas firman-Nya
Dibiarkan terpasung
dalam balutan tas dan buku-buku
Yang entah kapan akan terbuka, atau hanya membiarkan
memberati beban punggungnya supaya bisa berdalih “seenggaknya masih inget bawa”
Dalam langkah-langkah kesibukan setiap harinya
Tak satupun terucap dzikir dari mulutnya
Justru lagu-lagu yang entah memberinya manfaat atau tidak,
yang malahan terucap
Bahkan rela menghabiskan paket untuk mendownload favoritnya
Mengahapalkan liriknya
Dan kembali bermurojaah dengannya
Sedangkan Mushabnya? Masih dibiarkan terbelenggu dalam beban
punggungnya
Sedangkan dzikir-dzikir yang padahal itu ringan dan bisa
melindunginya dari ancaman dan bahaya, tak digubris ataupun sepintas teringat
olehnya
Lagi, dunia diputar balikkan seolah ilmu dunia segalanya
Berkata.. Orang yang berilmulah yang berkuasa, sehingga tak
pantas jika muslim menjadi seseorang yang jauh akan ilmu
Menghabiskan waktu-waktu setiap harinya untuk mencari ilmu
Mencari tambahan dan memperbanyak teman untuk bisa saling
berbagi tentang ilmu
Menyisakan atau memporsikan waktu-waktu malamnya juga untuk
bertaut pada ilmu
Sementara..
Ibadah masih diburu-buru dengan kejaran mencari ilmu
Bacaan sholat yang masih belum sempurna
Qiyamullail yang disisakan diakhir menjelang subuh
Bacaan Qur’anpun yang masih terbata-bata dalam mengucap
Dan hafalan firman-Nya yang segitu-gitu saja dan tak ada
niatan untuk menambahnya
Berdalih lagi, ga ada waktu, padahal merangkum dan
menyelesaikan tumpukan tugas keilmuan terselesaikan
Sudah menghafal, tapi tidak menjaganya.. atau dibiarkan tak
terjaga? Sedangkan mengeluarkan akan argumen-argumen ilmiah jagonya
Masih lagi jika berbicara tentang hati
Terkadang masih saja mencoba bersikap si dia menyaksikan
Masih saja berharap bisa sekedar bercakap dengannya
Bermula dengan pandangan mata
Beralih meminta nomor, pin dan lainnya dalam dalih untuk
mudah dalam dakwah
Tapi sisi hati lainnya, berharap si dia memperhatikan
Lagi lagi..
Seringkali dakwah dijadikan modus belaka
Atau parahnya, karena dakwah aku bertemu dengannya, dan
jatuh cinta
Cinta .. yakinkah itu cinta? Cinta bukan yang menjadikan
dirinya tersiksa , justru membebaskan dan membahagiakan
Tapi adakah yang seperti itu terhadap sesama? Tidak
Selain hanya cinta kepada Yang Memberi Cinta
Yang lainnya? Hanya dorongan nafsu belaka
Jika masih membelenggu, sudahlah simpan saja
Biarkan dia mekar atau mebusuk dalam hati
Jangan lumuri dakwah ini dengan perasaan-perasaan tak
berdaya
Apalagi sampai mengatakan apa yang ada di isi hatinya
Jaga sikap, jaga pandangan, hijabi hati dengan dzikir dan
tawakal
Ada lagi, tentang waktu luang
Adakah waktu luangmu digunakan untuk mendekatkan diri
pada-Nya atau pada dunia-Nya?
Coba lihat, lagi-lagi yang diambil si alat pintar
Entah yang bisa digenggam, atau yang dipanggul dalam tas
Entah sekedar membalas pesan, update status, atau bahkan
hanya membaca-baca status orang
Bermanfaatkah? Iya bermanfaat jika status yang diupdate itu
bernilai manfaat
Sisanya? Pastilah sama pikirannya denganku jika berkata
sejujurnya
Kalau saja kita tahu kapan kembali
Pastilah berbeda yang kita lakukan saat ini
Semua akan semata-mata menjurus pada Sisi-Nya, pandang-Nya
dan cinta-Nya
Tapi selamanya itu hanya menjadi rahasia-Nya
Yang harus disadarkan, bahwa dunia ini fana
Bukankan Dia juga telah berkata bahwa tiadalah kehidupan
dunia ini melainkan hanya senda gurau dan main-main, sedangkan akhirat itulah
kehidupan sesungguhnya?
Lantas masihkah berpura-pura tak paham?
Mari benahi lagi diri kita
Tata kembali hati kita
Lepskan ilkata-ikatan pada dunia
Pergunakanlah dunia untuk menimbun amal dalam meraih
syurga-Nya
Allahumma yaa muqollibal
qulub, tsabbit qolbii ‘ala diinik
Depok, 15 Maret 2015
`Hilyah Nafisah
0 comments