Belum Saatnya

By Hilyah N - November 21, 2017



Aku mencintainya sejak mata kami bertatapan
Aku mencintainya karena senyum dan tawa khasnya yang begitu menawan
Aku mencintainya dan aku memilih diam
Karena kurasa mencintainya dalam diam, adalah pilihan terbaik yang pernah kuambil dalam hidup

Seringkali manusia menjadi makhluk yang paling egois. Melakukan sesuatu untuk mengharapkan sesuatu yang lain. Tidak bisa bersandar pada ketulusan dan keikhlasan. Kalaupun ada, pasti tidak banyak yang seperti itu. Semua mau melakukan karena ada yang diharapkan.
Seperti halnya perasaan, yang berharap bisa ditaklukan dengan beberapa perhatian. Padahal aku sama sekali tidak pernah mengharapkan hal itu terjadi, namun Pemilik Bumi berkata lain. Aku tergerak dan terenyuh untuk merasuk kedalam frekuensinya. Aku mulai bisa merasa lebih peka pada apa-apa yang berhubungan dengan dirinya. Namun, aku masih belum cukup hebat untuk menunjukkan bahwa aku bersamanya.

Aku masih nyaman dengan ruang persembunyianku. Membiarkan rasa yang telah memiliki banyak warna, tetap berada pada ruang tertutupnya. Tak kuizinkan ia keluar, tidak sekalipun. Aku takut bahwa nanti ia tidak bisa beradaptasi. Aku takut, justru warna itu semakin bercampur dan tak bisa kuterka lagi wujudnya.

Sesekali ia mengetuk, meminta keluar, ingin menunjukkan pada dunia bahwa ia ada. Tapi aku berusaha sekuat mungkin menahannya. Kubisikkan perlahan-lahan ditelinganya agar ia mengerti “nanti, belum saatnya”. Meskipun ia tetap merajuk, tapi pada akhirnya ia mau menurut.

Aku kagum dengan mereka yang mampu membiarkan perasaan mereka keluar dari pintunya. Membiarkannya bebas berkelana, dan mencari tempat ternyaman untuk disinggahinya.
Aku tidak bisa

Entah kenapa, aku tidak bisa. Aku terlalu lemah untuk melakukannya.

Mungkin karena aku percaya pada satu hal, benar-benar percaya.

Bahwa Tuhan Yang Maha Pemberi Rasa, telah memilih seseorang untuk kelak kubukakan pintu padanya. Agar kelak, aku bisa bebas membiarkannya bermain dan menyelam dalam hatinya. Agar ketika ia kubiarkan keluar, ia sudah tidak perlu beradapatasi dengan lingkungan yang kotor dan tidak jelas. Karena tempat yang akan dia singgahi adalah tempat terindah yang diperuntukkan khusus untuknya, bukan yang lain.

Dan ketika banyak orang yang mungkin khawatir dengan pilihan Tuhan untuknya, aku masih percaya. Dan akan aku pertahankan sampai aku bertemu dengannya nanti.


`Hilyah Nafisah

  • Share:

You Might Also Like

0 comments