Jika
hanya membaca judul sekilas, kau pasti tahu apa yang kumaksud dan kau pasti
tahu perasaan yang sedang dirasa orang yang menulis tulisan itu. Ya, keengganan
untuk menerima amanah. Ketidakmauan dan kekesalan akan amanah yang dimilikinya.
Beberapa
waktu lalu, sebuah pengumuman kepanitiaan hadir dari kampus mungilku, tepatnya
di bangunan tak berdinding namun selalu menjadi persinggahan para pengrajin
rapat yaitu gazebo. Disana beberapa orang hadir, sekitar kurang lebih 40 kepala
calon kepantiaan baru dan beberapa kepala kurang lebih 5 menemani mereka, para
calon panitia baru yang hadir dengan wajah polos tanpa beban sebelumnya.
Sebelum
kabar buruk itu diumumkan, sebelumnya aku telah menjadi panitia tetap bersama
belasan teman lainnya yang sekarang juga duduk bersama di gazebo untuk menanti
kabar mereka masing-masing. Hanya saja, dikepanitiaan sebelumnya, kami adalah
para creator/perumus/perancang dari segala aspek terkait dengan even yang akan
dibuat panitia resminya ini. Sebelum kami hadir di gazebo ini, kami telah
banyak melalui pusingnya berfikir, mampetnya otak tak bisa lagi mikir hingga
hal-hal pahit lainnya. Meski tidak semuanya pahit, banyak pula hal-hal manis
dan warna baru yang kami dapati. Yang sebelumnya kami tak saling kenal, hingga
bisa tertawa lepas setiap rapat dilakukan untuk membahas suatu hal. Jumlah kami
kurang lebih 15 orang. Para pembuat tim menyebut kami “Tim Kreatif”. Tim yang
dibentuk lebih dahulu untuk merancang dan mengonsep, sebelum dibuat kepantiaan
seutuhnya seperti yang akan terjadi sekarang. Bedanya kami dengan teman-teman
baru yang akan bergabung adalah, kami lebih dahulu dibentuk dan lebih dahulu
tahu seluk beluk rangkaian kegiatan pada even yang akan dibentuk itu. Samanya
kami dengan mereka yaitu, kami sama-sama tidak tahu divisi apa yang akan kami
tempatkan (kecuali BPH), karen sebelumnya kami hanya tim kreatif, tanpa divisi
pasti. Inilah yang menjadi salah satu kekesalan dan kewas-wasan diri kami
masing-masing. Atau cuma diriku? Entahlah.
Mungkin
even kami bisa dibilang belum terlalu tenar seperti even tahunannya Gelar
Jepang UI, atau Festival bulan bahasanya UGM. Karena even kami hanyalah even
yang diketahui oleh segelintir mereka yang menggeluti ekonomi, khususnya
ekonomi syariah. Meski kampus kami kecil, tapi aku berani jamin kalau kampusku
tak kalah hebatnya dengan UI, ITB ataupun IPB. Hanya saja, hal itu berlaku
seperti yang kubilang tadi, hanya pada segelintiran para ekonom.
Ya! Kampusku, kampus mungil di hampir perbatasan Depok-Bogor adalah kampus yang berfokus pada ekonomi berbasis syariah. Namanya mungkin asing ditelinga banyak orang, tapi pastilah tak asing ditelinga mereka yang menggeluti ekonomi. STEI SEBI, nama kampus yang berhasil berapa kali memberati pundakku dengan amanah, bahkan hingga detik tulisan ini dimuat.
DI
gazebo tadi, beberapa orang telah melingkar. Aku yang datang terlambat
mengambil posisi duduk dengan hati berkecamuk, takut-takut tak mau dengar kabar
buruk. Mungkin sepele saat kau baca. Bahkan mungkin kau tertawa membaca tiap perkata
tulisanku. Tapi buatku ini serius, serius seperti kabar pak j***** naik menjadi
presiden, atau kabar BBM naik akibat ulahnya. Tak lama rupanya aku duduk,
pembacaan surat keputusan dimulai. Dengan was-was aku berusaha sabar mendengar.
Perasaan takut muncul, dan entah, aku merasa apa yang kurapkan takkan terjadi.
Saat itu, benar saja! Yang kuharapkan benar-benar tidak terjadi!. Berita buruk
itu masuk melalui lubang telingaku dan seperti dengan desibel yang tinggi
hampir-hampir membuat kupingku sakit berdenging dan membuat kepala pusing
sesaat. Yang kuharapkan divisi HPD (Humas, Publikasi dan Dokumentasi) atau aku
mengira akan ditempatkan di divisi acara atau
expo. Tapi yang terjadi jauh dan amat jauh dari dugaanku. Funding! atau
Fundrising lebih tepatnya, divisi yang menjadi beban baru bagi pundakku. Kabar
buruk dipagi yang tadinya cerah berubah kelam seketika dalam pandanganku.
Bukan berarti
ini hal pertama. Baru beberapa waktu lalu aku menerima amanah yang sama, hanya
saja itulah yang membuat aku tak ingin lagi berada dalam lubang ini (lagi).
Karena yang kurasa, tak pandai dan tak maksimal aku diamanah ini. Bukan pula
hanya itu saja. Kau tahu? acara atau even yang sejak tadi kubicarakan adalah
even apa? Yang karenanya membuatku perlu mencurahkan hati hingga berlelah
menarikan jari untuk mengukir cerita ini. Tadi kubilang, evennya mungkin tak
setenar even besar dari kampus ternama. Hanya segelintir orang yang yang tahu
saja. Tapi ini, menjadi satu-satunya
even terbesar dalam kampus kami. Karena even ini menjadi sebuah cita-cita
setiap dosen kami, menjadi sebuah impian yang dinanti dosen, mahasiswa hingga
seluruh warga SEBI. Even yang menjadikan kampus kami lebih terkenal diluar
sana. Even yang membuat kami bisa menebarkan manfaat dengan penyebar luasan
ekonomi syariah. Even yang menjadi startegi untuk menarik pelajar lain agar
bergabung dengan kami, bergabung dengan kampusnya para juara.
Jika
sebelumnya aku tidak terlalu merasa tersiksa dengan amanah yang sama yaitu
karena aku memiliki banyak sekali rekan dalam anggotana dan even yang
diadakanpun belum mencakup luas yang begitu besar. Berbeda dengan even satu
ini! Even ini akan menjarah setiap lapisan masyarakat diseluruh Indonesia.
Mengekspansikan ekonomi syariah kepada setiap-setiap mereka yang masih awam
terhadapnya. Pencapaian target demi targetpun tidak sembarangan. Salah satu
yang menjadikan it’s BIG EVEN adalah estimasi biaya dari acara yang terancang.
300 JUTA! Bukan 3 ratus ribu atau 3 juta atau 30 puluh juta, seperti target
yang hampir sama pada even yang kupegang sebelumnya. But it’s THREE HUNDRED MILLION RUPIAH’s!!
Bagaimana
tidak menjadi berita buruk. Meskipun aku
mengetahui nominal itu sebelumny,a tapi aku tidak tahu bahwa akulah yang akan
menjadi salah satu penanggung jawab atas pencapaian nominal itu. Terlebih lagi
satu lagi yang membuat sedikit ragu. Hanya dua orang wanita yang ada dalam
divisi itu, aku dan seorang kakak kelas yang telah menikah yang pikirku saat
ini dia tidak akan setotal teman-teman lainnya karena harus mengurusi
keluarganya.
Lengkap sudah
kecemasanku berubah kenyataan. Amanah telah didapat, surat keputusan telah
dibacakan, amanah telah bertengger dipundak. Jika ingin mundur mungkin bisa dan
memang bisa. Tapi aku bukan seorang pengecut yang karena hal kecil (masih
menganggap besar sih) mundur. Karena aku masih sadar, kalu kelak aku akan
bertemu tantangan yang jauh lebih mengerikan lagi dibanding saat ini yang masih
dalam lingkup kampus saja.
Tak kuat
menahan kecewa, kesal, sedih, emosi. Air matapun menetes. Malu, sungguh.
Untungnya terjadi ketika semua orang telah bubar dan sibuk dengan urusan
masing-masing. Hanya saja tangisan ini terlihat jelas didepan para seniorku.
Mereka mendatangi, menyalami dan menanyai keadaanku yang hal itu semakin
membuat deras air mata ini jatuh. Lucu bukan? Aku saja tersenyum sendiri sambil
mengingatnya. Meski sedikit dari mereka malah makin membuatku terbebani tapi
ada salah satu ucapan yang mebuatku mengamini dan semoga benar hal itu terjadi.
Seorang seniorku, salah satu tim pembentuk menyemangatiku dengan ucapan “Tenang aja hil, mungkin memang berat tapi
semua akan membantu kok. Nanti imbas baiknya kamu akan mengenal orang-orang
hebat. Kontak ponselmu akan banyak tertera nama-nama orang hebat dan kamu akan
bisa punya link banyak dari yang lain”. Kata-kata yang membuatku tersenyum
getir tetapi dalam hati mengamini dengan tulus ucapan ini. Satu lagi dia
berkata “Hilyah bakal jadi Namira kedua”.
Ya! Namira kedua, Namira pertama adalah orang yang memberiku semua ucapan
tadi dan dia dulunya adalah orang yang sama pernah mengemban amanah seperti aku
saat ini. Divisi yang sama pada even yang sama. Salah satu yang kutahu, kenapa
aku amini untuk menjadi sepertinya adalah, dia wanita hebat yang pandai
bernegosiasi dan mempunyai banyak link dengan orang-orang hebat, pandai berkata
dan cerdas dalam bersikap. Banyak kelebihannya itulah yang semoga dengan aku
mengemban amanah ini dapat menjadi sepertinya. Haruskah kubilang terimakasih?
Untuk mereka yang menaruhku didivisi ini? Baiklah, terimakasih. Tapi aku
berjanji akan memberikan lebih banyak terimakasih dengan pelukan hangat jika
semua harapan tadi bisa benar-benar terjadi setelah aku sukses dalam mengemban
amanah ini. Semoga semuanya benar-benar tercapai.
Rabb kuatkan pundak ini, mudahkan
langkah ini, dan lancarkan setiap rencana kami, Amiin..
Satu lagi,
belum kusebut acara apa even yang kubilang besar tadi. Namanya GES 9 (GEBYAR
EKONOMI SYARIAH KE-9) ya, sudah tahun ke-9 acara ini akan diadakan. Dan GES tahun
ini mempunyai konsep yang berbeda dari ges-ges sebelumnya. Seperti apa
acaranya? Tunggulah di pertengahan tahun 2015 ini, khususnya buat kalian para
mahasiswa dan adik-adik SMA yang jurusan ekonomi. Karena salah satunya akan ada
Olimpiade Ekonomi Sains Nasional yang akan diadakan.
Do’akan aku, dan do’akan kami
panitia GES 9 yang akan berjuang meniti kepahit, manis, asaman masa dalam
menyukseskan GES 9 ini.
Terimakasih untuk kalian yang mau
menyempatkan membaca.
Wait for the next posting and especially about GES 9. Sekian, Wassalam J
Depok, Januari 2015
@hnaf_25
0 comments