Menghitung waktu, dari gerimis merdu senja
itu
Menatap kolong langit, yang sama dalam
setiap buai anak adam
merasakan aroma, aroma buih tanda dalam
jejak
hampir genap sudah 16 bulan bercengkrama
Lihat! bagaimana dulu kita yang sok tahu
kini mulai mengerti lagi sesuatu
dari titik kecil yang mengeratkan
dari amanah besar yang memberatkan
Amanah yang bukan sekedar hadiah atas pandainya
dari dominan bodohnya kita
Bukan atas label kita menjadi besar
Bukan pula atas sekedar anugrah yang kita
punya
lihatlah kita hari ini, berdiri di tanah
yang sama-sama tak sebenarnya mau ditapaki
dibawah langit yang tak ingin menaungi
kita hanya kecil yang dibesarkan
yang terserak kemudian dikumpulkan
bukan apa-apa yang menjadi siapa.
tapi lihatlah kita hari ini. masing-masing
mulai lupa diri
sibuk perkaya atas nama pribadi
Kewajiban yang menjadi kewajiban terabaikan
Mencari ruang nyaman, atas ego pribadi
Menyibukkan waktu atas apa yang menjadi nafsu hati
Masih sadar kan? bahwa kita, yang saat ini
mengais ilmu tanpa tanggungan
Menjadi harapan atas ribuan kaki yang hidup
Menjadi tumpuan atas ratusan kehilangan
Mari kembali lagi berkaca pada
masing-masing jiwa yang mulai mati rasa
Membuka kembali hati, telinga, dan ruang
rasa yang mulai luntur dari bisikan keegoisan
Bukan maksud yang lain hilang, hanya
paksakan untuk mengingat amanah yang mulai terabaikan
Sungguh, jika senyapnya malam diajak untuk
menghitung
Amanah yang menempel dipundak lemah-lemah
ini, lebih berat dari kebekuan yang dimiliki sang Malam
Terkadang, kita butuh terluka untuk tahu
bahwa darah itu ada
Terkadang, kitapun butuh sakit untuk merasa bahwa sehat
itu nikmat
dan Terkadang, segala apa yang menjadi
milik kita, perlu dihilangkan. untuk membuat sadar, bahwa milik kita itu
berharga
Namun, selama raga belum terluka, selama
jiwa belum tersakiti, dan apa yang kita miliki mengilang, menghilang dan lenyap
Buatlah berharga setiap apa yang ada dan
akan terlewati
Karena jejak telah terlanjur terpacak
Dan waktu telah lama berguguran
Bahkan ia, tahu bahwa kembali adalah sebuah
keniscahyaan
Maka biarkan waktu kesepia
Karena kita ada dan lebih nyata darinya
Rasanya tak ada lagi yang perlu kita tunggu
Untuk Amanah yang sudah pasti, perlukah kau
tanyakan lagi?
Depok,
12 Desember 2014
- Fathkhiya & Hilyah -
0 comments