PERTANYAAN DAN JAWABAN

By Hilyah N - August 01, 2016

          Akhir akhir ini pikiranku kacau, setiap mata kuliah yang kupelajari tidak ada yang menempel dikepala, ah aku benar-benar kacau. Sejak hari itu terjadi, aku tidak bisa konsentrasi dengan setiap aktivitas yang kulakuan. Selalu saja ada lamunan, yang kembali membawaku ke momen itu. Saat dimana kau meminta temanmu yang juga temanku untuk bertanya padaku tentang perasaanku, sekaligus kesiapanku
          "Ada yang nanya, kamu lagi suka sama seseorang ngga? Ada yang lagi kamu tunggu kah?"
          "Kira-kira untuk sekarang ini kamu siapkah untuk menikah ?"
          Pertanyaan yang menjurus yang membuatku berat mengatakannya. Sejujurnya, ada seseorang yang belakangan ini mengganggu pikiranku, entah karena apa namun setiap kali memikirkannya aku merasakan ada debaran lain yang aneh.
          Aku khilaf, aku tahu seharusnya tidak begini. Namun aku lemah, pada akhirnya hanya bisa berpasrah diatas sajadah. Dirinya yang pernah sekali kulihat lewat kaca jendela kelas. Bukan aku yang mencarinya, namun dia datang lewat pembicaraan teman-teman sekitar. Aku tahu tentangnya, keluarganya dan mimpi-mimpinya. Bukan langsung darinya, tapi hanya dari ucapan yang lainnya. Dan setiap kali aku mendengar hal tentangmu, aku hanya merasa menjadi lebih dekat, itu saja
          Seseorang kemudian hadir, lagi-lagi lewat orang lain. Aku tak bisa berkutik, diam dan seperti ingin menghilang.
          Aku malu, khawatir, ragu, takut, gelisah mendengar berita pertanyaanmu. Jika ditanya kesiapan, entahlah. Kurang lebih aku sudah pernah merencanakan juga untuk menikah muda. Aku juga sudah pernah membuat CV yang diminta murabbiku. Itu dipakai untuk latihan saja, namun visiku sepertinya sudah cukup matang ketika aku menuliskannya.
          Aku jatuh, dihadapan takdir Tuhan.
          Aku malu dan merasa tidak tahu diri karena selama ini menyimpan rasa pada seseorang yang entah bagaimana perasaannya juga padaku. Dan sekarang, ada seseorang yang jelas ingin mengajakku beribadah bersama, tanpa bermain dibelakang Tuhan.
          Allah, aku pasrah.
          Aku menyerahkan segala skenarionya padaMu
          Kemudian esoknya, temanku menanyakan padaku apakah aku tahu siapa orang yang bertanya lewatnya? "Tidak tahu", kataku. Kemudian temanku hanya mengangguk kemudian mengeluarkan handphone kecilnya dan menyodorkannya padaku. Temanku bilang "dia sepupuku". Deg! Sepertinya aku merasakan berhenti bernafas sejenak tadi.
          Dilayar segi empat itu terlukis gambar seseorang yang sepertinya aku kenal. Tidak, aku sangat mengenalnya, bukan bertemu secara langsung, namun lewat perkataan banyak orang.
          Wajahmu terlihat sedang tersenyum dari samping, kemudian gambar selanjutnya wajahmu bersama temanku dan sepertinya itu foto keluarga besar kalian.
          Aku diam, hanya memandang kedua mata temanku. Dan sepertinya ada yang menggenang disudut mataku yang membuat terasa sedikit perih.
          Temanku tersenyum
          "kau sudah tahu sekarang, jadi bagaimana dengan pertanyaanku ?" Aku diam sambil memegang tangannya
          "Kalau kau siap, nanti insyaAllah temanku mau mngajak taaruf lewat murobbiahmu atau kamu mau langsung naik kepelaminan aja? " dia tertawa, meledekku.
          Angin berhembus mengibaskan jilbab biru muda yang temanku pakai, aku menatapnya.
          Aku mengangguk
          Dia merangkulku, mengatakan bahwa dia akan senang menjadi saudara denganku. Dia bilang "semoga semuanya dimudahkan". Aku mengaminkannya dalam hati. Aku masih seperti bermimpi, ah tidak ini bukan mimpi. Kenapa harus mimpi? Setiap manusia sudah memiliki jalan yang Allah rencanakan. Dan aku percaya bahwa ini salah satu dari rencana atau bisa kubilang juga "kejutan" yang sudah Dia rencanakan.
          Tapi mungkin tanpa ta'aaruf tidak masalah buatku, karena sejak lama, aku sudah mengenalnya, iya sejak lama, tanpa kau tau.
          Kataku dalam hati



Bandung, 2 Agustus 2016
`Hilyah Nafisah

  • Share:

You Might Also Like

0 comments