RINDU,

By Hilyah N - August 02, 2016

            
         Aku sedang pergi beberapa bulan ini. Mengejar cita-cita yang sempat tertunda. Menjadi seorang pengajar dipulau sebrang, pulau terpencil yang sedikit tenaga pendidik disana.
         Aku pamit kepada kedua orang tua. Seperti biasa, hanya salim tangan dan kemudian mengucapkan salam kepada mereka. Tidak ada cipika cipiki atau ritual melepas kepergian yang lainnya.
         Hari-hari biasa aku tidak pernah dekat dengan keduanya. Aku mencintai mereka, iya mencintai mereka meski tidak pernah mengatakannya secara langsung seperti "ibu, aku mencintaimu" atau meskipun itu dimomen spesial seperti hari ibu, aku tidak pernah mengatakan "selamat hari ibu", mungkin hanya pernah lewat selembar kertas yang ditulis lewat selembar kertas, itupun karena tugas dari guru disekolah. Dia menyuruh setiap anak membuat surat untuk menyampaikan perasaannya di hari ibu. Disurat itu, sepertinya aku mencurahkan seluruh perasaanku. Semoga pesannya tersampaikan.
         Jika anak perempuan lain sering menjadikan ibunya sebagai tempat curhat, tidak denganku. Aku cuek, berbicara tentang keseharianku sekedarnya. Sebatas agar mereka tidak khawatir tentang lingkungan dan pergaulan yang aku lakukan. Bukan tidak mau, tapi aku lebih nyaman seperti itu. Aku bukan tipe yang terlalu terbuka sepertinya.
         Ketika kecil aku pernah ditinggal untuk menginap dirumah mbah sendirian. Awalnga berdua dengan kakak laki-lakiku, namun dia pulang lebih dulu. Aku tidak pernah rewel, namun ternyata aku merasakannya. Kehilangan dan kesedihan karena jauh dari orang tua dan saudara. Aku menangis. Aku rindu. Aku tidak mengungkapkannya, hanya saja selalu bilang "tidak betah, mau pulang, sepi di rumah mbah". Mungkin alasan sebenarnya aku tidak betah karena aku rindu ibu. Karena setiap aku menangis diam-diam dirumah mbahku yang kusebut adalah "ibu...ibu". Begitulah aku selalu rindu jika jauh dengannya.
         Ibu selalu heran dengan aku yang tidak betah tinggal lama dirumah. Selalu saja punya alasan untuk pergi atau jalan-jalan keluar rumah. Entah kemana saja. Dan kali ini, rindu itu kembali menguap
Dan lagi, aku tidak pernah mengatakannya. Kami bahkan jarang berkomunikasi seperti anak dan ibu lainnya. Hanya sebatas bertanya kabar lewat sms atau whatsapp, benar benar sebatas bertanya kabar.
Dan setiap kali ibu balas, aku selalu membaca pesan yang sama.
         "Alhamdulillah ibu baik, bagaimana kabarmu disana? Baik kan? Jangan lupa makan ya!"
         Dan setiap kali membaca, aku menangis. Ah ibu, selalu saja mengingatkan untuk makan. Karena nyatanya aku memang suka malas makan
         Aku menulis dipesan "Ibu. Aku rindu"
         Kemudian 'message cancel'.



Bandung, 3 Agustus 2016
`Hilyah Nafisah

  • Share:

You Might Also Like

0 comments